Kustoro WHY - Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Brebes |
Oleh : Kustoro WHY, S.IP
Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Brebes
Pernah menjadi Guru, Kepala SMP dan SMK, juga orang tua yang sedang menyekolahkan anaknya di jenjang SD, SMK dan Perguruan Tinggi.
Dunia pendidikan di Indonesia sedang ramai menjadi pembahasan secara berkelanjutan baik di media sosaial acara potcast atau di group Whatsapp bukan membahas Kurikulum merdeka ataupun lainya, tetapi adalah prosesi kelulusan anak mereka atau anak tetangga atau keponakan yang baru saja lulus dengan prosesi yang bergengsi yaitu Wisuda.
Mendengar atau membaca kata wisuda yang pada awalnya begitu sakral namun sekarang membaca atau mendengar kata wisuda terasa begitu biasa saja, bagaimana tidak semua jenjang sekolah dari TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA mengakhiri masa belajar anak didik dengan wisuda. Wisuda begitu popular dan familer dilihat di Medsos entah facebook, IG, Tweeter atau Group Whatsapp tahun ini.
Definisi Wisuda
Sebenarya apa sih artinya wisuda,? Wisuda dalam bahasa Jawa ‘Wisudha’ yang artinya pelantikan bagi orang yang telah menyelesaikan pendidikan, ‘Wisudha’ itu menjadi asal usul kata Wisuda itu sendiri. Sedangkan Kata Wisuda menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kelima yang di cetak oleh Badan Pengembangan Bahasa Kemetrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republic Indoensia Tahun 2018 berati Peresmian atau pelantikan yang lakukan secara hikmat. Jadi sekarang sudah jelas yaa definisi kata Wisuda.
Dalam Prosesi Wisuda satu aksesoris yang tidak tertingal adal pakian Toga, Nah Toga adalah khas pakaian orang yang diwisuda ataupun yag mewisuda secara umum dilakukan di jenjang perguruan tinggi. Toga berasal dari Bahasa Latin ‘Tego’ yang artinya penutup. Pakaian toga wisuda memiliki makna simbolis yang melambangkan pencapaian dan pengakuan atas prestasi akademik. Sedangkan bentuk persegi pada topi toga diyakini melambangkan buku secara simbolis.
Sekilas Perkembangan Wisuda
Jika diperhatian kebelakang pelaksanaan wisuda selain diselenggrakan oleh jenjang perguruan tinggi juga awal awal masuk ke jenjang Pra Sekolah Yaitu kelulusan Madin atau madrasah diniyah selanjutnya ditiru di tingkat TK dan Paud. Pada saat dilaksanakn oleh jenjang ini. Masyarakat masih belum tertarik dan membahas wisuda secara umum apa yang telah dilaksanan oleh penyelenggara pendidikan. Hal itu mungkin masih terbatas kepemilikan alat komunikasi dan media sosial belum begitu bombastis di tengah masyarakat sehingga tidak Viral.
Selanjutnya wisuda merambah ke jenjang sekolah menengah ( SMA/SMK/MA ), pada jenjang ini efek penyebaran begitu cepat dan massif, karena anak sesuia itu sudah memiliki telpon gengam dan media sosial. Sehingga memberikan dampak penyebaran informasi yang begitu cepat terhadap prosesi wisuda. Di lingkungan Jenjang SMP dan MTs akhirnya tidak mau ketinggalan kerennya juga ikut melaksanan prosesi wisuda dan bagian akhir yang menjadi ramai adalah jenjang SD dan MI karena jumlah sekolah di jenjang ini sangat banyak. artinya seluruh jenjang pendidikan formal dari taman kanak – kanak ( TK ) Radhoutul Atfal ( RA )Sekolah Menegah Pertama ( SMP ) / Madrasah Tsanawiyah ( MTs ), Sekolah Menegah Atas( SMA ) Sekolah Menegah Kejuruan ( SMK ) / Madrasah Aliyah ( MA ).
Tinjauan dari sisi sekolah
Sekolah pada prinsipnya seperti halnya orang berumah tangga ada ada guru sebagai orang tua dan murid sebagai anaknya, pasti sebagai orang tua ingin memberikan kesan dan pelayanan yang terbaik pada anak anak yang akan dilepas ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau mungkin mereka akan langsung ke masyarakat. Di sisi lain juga ada prestis bagi warga sekolah, jika di akhir tahun memberikan kesan baik pada anak dan juga orang tua. Sehingga menjadi daya tarik atau Promosi bagi sekolah itu sendiri. Namun disadari atau tidak banyak dari orang tua itu diskriminatif persepsi menyekolahkan anaknya. Seolah - olah sekolah dengan jenjang pendidikan rendah harus murah kalau bisa gratis. Hal itu bisa dilihat jika ada orang tua yang menyekolahkan tiga anaknya Jenjang SD, SMP dan SMA maka biasanya dalam hal pembayaran sekolah iuran . Biasanya akan diutamakan adalah yg SMA atau SMP baru SD walaupun ini belum bisa menjadi referensi utama. Padahal dalam konteks pendidikan semua jenjang itu penting. Tidak akan pernah ke jenjang pendidikan tinggi, Menengah atas , Menengah Pertama jika tidak ke jenjang dasar. Disini perlunya dukungan masyarakat untuk dunia pendidikan. Tanpa mendapat dukungan yang baik dari orang tua dan masyarakat maka pendidikan kita akan kemanjon ( Bahasa Brebes yang artinya: mateng ngga, mentah juga ngga )
Efek Psikologis bagi anak
Banyak dampak baik bagi wisuda itu sendiri, secara personal anak akan lebih Percaya diri Karena berpenampilan tidak seperti di hari hari biasanya. Anak merasa senang, orang tua melihat penampilan anaknya juga senang karena bagus ada momen istimewa sebagai bahan dokumentasi pribadi atau keluarga, hal itu akan menjadi kenangan baik dalam memori anak. Jika aksi corat-coret seragam sekolah dan konvoi dijalan dilarang maka sangat wajar dan selayaknya kita sebagai orang tua khawatir akan dampak yang akan timbul atas kegiatan tersebut.
Berdampak pada ekonomi masyarakat.
Wisuda yang dilakukan oleh sekolah mampu memberikan dapat ekonomi yang baik. Berapa banyak tukang rias dan sewa baju yang usaha riasannya laku. Yang mempunyai usaha perhotelan atau ruang pertemuan juga laku. Sehingga ekonomi masyarakat berputar dengan baik. Inilah sesungguhnya efek perubahan masyarakat terutama teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepatnya sehingga akses informasi unlimited dan tak terbendung dan itu tidak akan bisa dihindari.
Solusi atas polemik Wisuda
Sudah saatnya sekolah membuat perencanan kegiatan dan keuangan secara transparan efesien serta tepat guna diawal tahun. Warga Sekolah harus merencanakan kegiatan dengan detail apa saja yang akan dilakukan berapa biaya yang dibutuhkan untuk mencapai Visi dan misi sekolah. Komunikasi yang intensif antara pihak sekolah dan walimurid terkait program kegiatan sekolah itu penting dilakukan. Sehingga Orang tua juga bisa merencanakan keuangan dengan baik. Jika orang tua telah mengetahui kebutuhan keuangan anaknya yang besar maka orang tua dapat melakukan saving atau menyimpan atau menabung terlebih dahulu dan orang tua harus berani terbuka memberikan masukan kepihak sekolah atas kekurangan/hambatan jika itu ada, atau mungkin dukungan sumberdaya lainya.
Penutup Teory Perubahan
Perubahan begitu cepat, Penuh Ketidakpastian & Bergejolak, Hyper Competition, Peradaban Kamera (Camera Branding), Self–Centred, Minat baca Meningkat (tetapi hanya ringkasan atau kalimat–kalimat pendek) dan itu menjadi Tantangan Indonesia Dalam Abad ke21 Menurut Prof. Rhenald Kasali Ph.D.
Sumber / Reffrensi :
1. KBBI edisi kelima yang di cetak oleh Badan Pengembangan Bahasa Kemetrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republic Indoensia Tahun 2018;
2. https://news.republika.co.id/berita/rk6w92423/mengapa-kelulusan-identik-dengan-wisuda-ini-dia-sejarah-wisuda-dan-pakaian-toga;
3. https://era.id/sejarah/128589/sejarah-wisuda
4. Teory Perubahan, Tantangan Indonesia Dalam Abad ke21 Menurut Prof. Rhenald Kasali Ph.D.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar