Bregasnews.com - “ Peperangan pada dasarnya tentu sangat tidak dikehendaki oleh siapapun, karena walau bagaimanapun akan berimplikasi pada kerusakan bahkan kehancuran berbagai infrastruktur, baik infrastruktur bangunan, infrastruktur ekonomi, maupun infrastruktur kemanusiaan yang mengakibatnya hilang ratusan, ribuan bahkan jutaan nyawa manusia. Ada banyak alasan dan kepentingan yang mengakibatkan pengambilan keputusan untuk menyatakan perang sesuai dengan prosedur yang tertuang dalam konstitusi masing – masing negara. Meskipun alasan itu bisa saja dimanipulasi untuk kepentingan tertentu dari pihak tertentu. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kasus alasan perang suatu negara, tetapi pada akhirnya alasan perang tersebut tidak terbukti. Sementara dampak yang ditimbulkannya sudah terlanjur terjadi, bahkan jutaan nyawa tak berdosa ikut melayang tanpa alasan hukum yang jelas pertanggungjawabannya “, ujar Pemerhati Pertahanan & Keamanan Dede Farhan Aulawi di Bandung, Senin (6/2).
Hal tersebut terungkap dalam obrolan santai awak media bersama Dede Farhan di kediamannya di Bandung. Ia selama ini memang dikenal seringkali mencurahkan pemikiran – pemikiran yang bisa menambah khazanah pertahanan dan keamanan. Berbagai pengetahuan dan pengalaman pengabdiannya sudah tidak diragukan lagi, dan semua dicurahkan untuk akselerasi pendidikan dalam memenuhi tuntutan kompetensi SDM pertahanan dan keamanan.
Menurutnya ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kejadian peperangan antara Rusia dan Ukraina yang mendapat dukungan AS dan NATO ini. Lihat saja bagaimana kondisi terakhir situasi kota dan masyarakat Ukraina sebelum berperang dengan Rusia. Lalu bandingkan dengan kondisi saat ini ketika peperangan tersebut masih berlangsung. Semua bisa melihat bagaimana kehancuran berbagai infrastruktur yang luar biasa, bahkan hilangnya nyawa tak terbilang dari kedua belah pihak, ataupun dari banyak pihak karena banyaknya pihak lain yang diberitakan banyak ikut ambil bagian dalam peperangan tersebut. Tidak tahu kapan Ukraina bisa mengembalikan keadaan seperti semula, tentu di luar beban hutang atas pinjaman pengadaan alutsista dari AS dan NATO yang dibutuhkan untuk peperangan selama ini.
“ Apa sebenarnya yang dicari dalam peperangan ? Apa yang bisa menghentikan perang ? apakah mengejar istilah ‘MENYERAH KALAH’ atau ‘RIUH GEMURUH’ kemenangan ? Tentu Zelensky presiden Ukraina memiliki beban psikologis dan moral yang luar biasa untuk bisa mempertanggungjawabkan keputusannya sehingga membawa bangsa dan negara ke gerbang kehancuran “, imbuh Dede.
Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa ada banyak analisis yang berkembang terkait dengan penyebab peperangan tersebut, tetapi semua akan bermuara pada adanya konflik kepentingan dan perebutan sumber daya alam. Termasuk analisis sebagai instrumen balance of power terhadap NATO. Sejatinya sengketa antara Rusia dan Ukraina berawal setelah Viktor Yanukovych menolak kesepakatan dagang dengan Uni Eropa sehingga melahirkan aksi gerakan protes dari masyarakat Ukraina. Setelah Yanukovych menolak kesepakatan dagang dengan Uni Eropa secara tiba-tiba Ukraina memutuskan untuk menjalin hubungan kerjasama dengan Rusia. Kesepakatan kerjasama yang dikenal Joint Action Plan antara Rusia dan Ukraina melahirkan dinamika politik terhadap domestik Kiev.
Kemudian ia juga menambahkan bahwa masalah muncul atas ketidak-konsistenan Yanukovych dalam menerapkan undang-undang non blok sehingga keputusan untuk menjalin hubungan dengan Rusia telah meruntuhkan konsep non blok yang selama ini dibangun sebagai bentuk pertahanan diri. Munculnya berbagai protes dalam internal Ukraina telah menggugurkan hubungan kerjasama dengan Rusia dan bahkan menyeret Viktor Yanukovych turun dari jabatannya.
Hal tersebut membuat konflik Ukraina Timur semakin mewarnai arah kebijakan luar negeri Ukraina sehingga menyeret dua blok besar dalam ketegangan. Keterlibatan Rusia dalam konflik Ukraina merupakan imbas dari gerakan protes Krimea yang menginginkan keluar dari bayangan Ukraina dan bergabung dengan Rusia. Hal tersebut, membuat Rusia semakin yakin untuk menjadikan Krimea sebagai sanksi terhadap tindakan Ukraina memilih bergabung dengan barat. Apalagi Rusia memiliki banyak kepentingan di Krimea khususnya dalam pembangunan militer. Selain itu, fungsi Laut Hitam bagi Rusia digunakan untuk mengontrol aktifitas pasukan NATO di Eropa Timur serta untuk mengontrol jalur pipa gas menuju Uni Eropa.
Lebih lanjut ia meneruskan bahwa hal tersebut menjadikan Laut Hitam sebagai tempat yang diperebutkan dan dianggap sebagai daerah yang mampu memberikan kekuatan terhadap pasukan Rusia, sehingga perjuangan Rusia dalam mempertahankan Krimea telah mampu menciptakan perubahan balance of power di kawasan Timur.
“ Semoga peperangan ini bisa segera berakhir, dan tidak malah merembet menjadi peperangan yang lebih besar lagi. Berbagai kekhawatiran masyarakat dunia terhadap kemungkinan akan berdampak pada perang nuklir dan Perang Dunia ke-3 bisa saja terjadi jika para pihak yang berperang tidak bisa menahan diri lebih lanjut. Sementara di sisi lain, ada situasi – situasi yang tampaknya semakin tidak kondusif, misalnya situasi di Palestina, Korea, Taiwan vs China, dan lain – lain. Oleh karena itu, masyarakat dunia dan para tokoh dunia harus aktif mendorong terciptanya situasi dunia yang aman dan damai “, pungkas Dede mengakhiri obrolan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar