Bregasnews.com - Menapaki waktu yang terus berdentang setiap saat, roda perubahan terus bergerak tanpa henti. Hari silih berganti, bulan terus berjalan, akhirnya tahun pun terus bertambah dalam bilangan. Selamat tinggal 2019 dan selamat datang tahun 2020.
Di awal tahun ini, tepatnya tanggal 1 Januari 2020, media berkesempatan ngobrol ringan dengan salah seorang Komisioner Kompolnas RI bernama Dede Farhan Aulawi, di Jakarta.
Ketika ditanya soal tahun baru 2020 ini, Dede berpendapat bahwa tahun lalu harus dijadikan pelajaran untuk memperbaiki diri agar tahun ini bisa lebih baik lagi. Hari - hari ke depan harus ditatap dengan penuh semangat dan optimisme, untuk bekerja dan berkarya lebih giat lagi. Tak lupa terus berdo'a dan beribadah untuk memohon petunjuk dan bimbingan Yang Maha Kuasa. Dia-lah Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ujar Dede dengan penuh semangat.
" Tidak ada manusia yang tidak pernah salah, tetapi yang terpenting harus selalu memperbaiki kesalahan. Ambil hikmah dari setiap peristiwa, dan tambah ilmu dan taqwa untuk meningkatkan derajat kesholihan sosial dan spiritual ", imbuh Dede.
Lalu ketika sedikit ditanya tentang penangkapan tersangka kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, Dede menjelaskan bahwa dirinya di Kompolnas benar - benar mengikuti perkembangan penanganan perkara tersebut di kepolisian. Kompolnas sudah meminta sekitar 7 atau 8 kali kepada tim penyidik untuk memaparkan laporan perkembangan penanganannya. Kompolnas tahu, bahwa penyidik polri bekerja secara bersungguh-sungguh dan profesional menangani perkara tersebut. Hanya memang dalam menangani suatu perkara itu, satu sama lain bisa berbeda waktu dalam penyelesaiannya. Hal tersebut dikarenakan faktor kesulitan satu sama lain berbeda juga.
" Polri bekerja harus profesional, artinya merujuk pada Scientific Crime Investigation. Investigasi kejahatan secara ilmiah ini, memiliki maksud agar semua proses penyelidikan dan penyidikan dilakukan dengan merujuk pada saksi dan alat bukti. Polri tidak boleh bekerja berdasarkan persepsi, asumsi atau tekanan opini. Dan ini yang dilakukan oleh Polri, sehingga dalam memecahkan kasus ini relatif cukup lama atau lebih dari 2 tahun ", kata Dede.
Oleh karena itu, dirinya menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kinerja seluruh jajaran kepolisian untuk mengungkap dan menangkap tersangka para pelakunya. Dirinya menyadari bahwa penanganan kasus tersebut telah menjadi perhatian publik, karena terkait dengan korban yang merupakan penyidik senior KPK. Dugaan dan analisa terus berkembang sesuai dengan praduga masing-masing. Praduga ini akhirnya memicu prasangka - prasangka yang terus berkembang, termasuk dugaan adanya aktor intelektual di belakang kejadian tersebut.
Bagi Dede sendiri, dirinya sepakat dengan Kapolri agar penganan kasus ini dilakukan secara transparan, alias tidak ada yang ditutup-tutupi. Kalau memang ada aktor atau pelaku lainnya, ya tentu harus diungkapkan juga. Harapnya.
" Prinsipnya, jangan mengada-ada sesuatu yang tidak ada. Juga jangan meniadakan sesuatu kalau memang ada, karena menyangkut masalah rasa keadilan dan logika publik ", kata Dede.
Dan Dede juga yakin bahwa Polri akan bekerja menjalankan amanah ini dengan baik, jujur, adil, transparan dan fair. Ini bukan hanya persoalan di dunia saja, tetapi juga akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Oleh karena itu, mari kita dukung upaya keras Polri dalam mengungkap kasus ini secara tuntas. Pungkas Dede mengakhiri pembicaraan.(tm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar