Bregasnews.com, Brebes – Abrasi yang mengikis
kawasan pesisir Pantai Randusanga Indah (Parin), Desa Randusanga Kulon,
Kecamatan/Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, setidaknya mengakibatkan sekitar 100
hektar lahan rumput laut tidak bisa ditanami lagi.
Areal tambak yang tenggelam air laut
ini berada di sebelah barat muara Sungai Sigeleng. Kondisi ini sangat berdampak
terhadap ekonomi petani rumput laut. Pasalnya, meski tanahnya hilang tenggelam,
para petani tetap dikenakan pajak daerah atas tanahnya.
Dibenarkan Kepala Desa Randusanga
Kulon, Afan Setiono, saat ini masih ada sekitar 200 hektar lahan aktif rumput
laut dan 100 hektar lainnya sudah hilang ditelan lautan yang dulunya digarap
petani. Sedangkan penduduk di Randusanga Kulon, mayoritas atau 60 % berprofesi
sebagai pembudidaya rumput laut.
Akibat abrasi itu, para petani
terdampak, keberatan untuk membayar pajak atas tanahnya, karena mereka sudah
tidak bisa lagi melakukan produksi rumput laut.
"Sekitar 100 hektar tanah yang
digarap petani rumput laut terkena abrasi sehingga menjadi lautan, namun pajak
jalan terus," ungkapnya di lokasi tambak budidaya rumput laut, Setti
Family. Senin, (14/10/2019).
Lanjutnya, pihak pemerintah desa
pernah meminta potongan pajak agar para petani tak terbebani. Bahkan keinginan
petani di desa tersebut, agar Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB
dihapuskan, namun hingga kini belum dikabulkan oleh pihak terkait.
"Kami bersama petani minta
pemotongan pajak 90 persen, namun pihak provinsi yang mengurus ini hanya
memberikan 25 persen," sambungnya.
Sementara itu, terkait masalah
tersebut, Afan menganggap Pemkab Brebes seakan kurang peduli.
"Kami sudah mengadukan hal ini
ke Pemkab Brebes tapi belum ada tanggapan, sementara abrasi terus terjadi sejak
2018 sampai sekarang,” tandasnya.
Apalagi saat ini, lahan yang masih
aktif memproduksi rumput laut itu, juga mulai terkendala oleh rusaknya tanggul
yang terkena abrasi, sehingga mengakibatkan bercampurnya air asin dengan tawar.
Dan ini jelas mengganggu produktivitas rumput laut.
Warga khawatir kondisi tersebut akan
semakin parah jika tidak segera dilakukan tindakan pencegahan oleh pemerintah
di wilayah pesisir Desa Randusanga Kulon, dengan dilanjutkannya proyek dumping
stone (tanggul dari batu - red).
"Menanam rumput laut itu
gampang-gampang susah, air terlalu asin saja hasil panennya jelek,"
tandasnya.
Belum lagi terkait dengan harga jual
rumput laut saat ini yang cenderung stabil yaitu antara Rp. 4.800-5.000 per
kilogramnya. Sedangkan masa tanam sampai dengan panen berjarak dua bulan.
Salah seorang petani rumput laut
setempat, Amin, mengeluhkan harga rumput laut yang terbilang stabil sejak beberapa
tahun lalu. Juga dampak abrasi yang mengganggu produktivitas rumput laut di
lahan aktif.
"Harganya standar hingga lima
ribuan, sedangkan dulu pernah mencapai Rp. 11.000 ribu per kilo. Seperti ada
monopoli harga dari permintaan pemilik pabrik," ujarnya. (Gust/Aan/Trs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar