Residu Pilkada - bregasnews.com - Koran Online Referensi Berita Pantura

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 19 Desember 2024

Residu Pilkada

 


Oleh: Lutfi AN

Pilkada Kota Tegal menyisakan luka dalam bagi rakyat. 27 November 2024 serasa baru kemarin. Masih dalam ingatan, rakyat seperti kawanan ikan lele yang menunggu asupan pur dari petambak yang memainkan tenggat waktu makan mereka. Mirip teori kemiskinan struktural, kemiskinan yang diciptakan agar rakyat terlibat heroik merangsek dan berebut money politics yang bertaburan di sudut-sudut kota.


Realitas demokrasi kita meniti karier di gerbang pragmatis. Tak ada pergolakan pemikiran, ide dan gagasan sebagai alat pemicu ghirah rakyat pemilih. Jangan bicara sebongkah hati, isi batok kepala saja sudah tak senilai harga pantat di pasar daging. Pelacuran sebuah keniscayaan dan kita  berada di kubangan nista itu. 


Kekalahan berkompetisi di pilkada selalu saja berstandar pada  kemampuan membeli suara rakyat dengan besaran amplop. Nyaris semua orang berkata dengan diksi "Serangan Fajar" adalah penentu kemenangan. Rakyat cerdas ini tak keliru, terbukti pilkada di berbagai daerah termasuk Kota Tegal peraih suara terbanyak adalah calon berkantong tebal yang mau menebar amplop pada rakyat. Bagi mereka yang enggan 'bersodaqoh politik' bahkan ada yang mengistilahkan DOA (duit operasional akhir), dipastikan kalah telak.


Money Politics pada agama dan keyakinan mana pun tetap saja dilarang dan Islam lebih tandas mengatakan haram dan pelakunya masuk neraka. Hukum positif menyebut money politics sebagai tindak kriminal suap. Pemberi dan penerima suap mendapatkan sanksi hukum. 


Tapi jangan salahkan rakyat karena sama saja Anda menyalahkan Tuhanmu. Bukankah suara rakyat adalah suara Tuhan? Pilkada Kota Tegal ada yang lebih miris, terkuaknya ketua tim pemenangan paslon 03, sebut saja Jibul, melaporkan ke Bareskrim Polri dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh tim sukses paslon 02 beserta walikota terpilih. Kok sudah menang bertindak keji?


Sayang, Jibul dalam laporannya hanya menyebutkan akibat. Sementara tiap tindak pidana selalu termaktub motif. Sepertinya Jibul sengaja menyembunyikan rumus sebab-akibat sebagai motif pelaporan tindak pidana. 


Desas-desus pun akhirnya sedikit demi sedikit terkuak. Dugaan penganiayaan dilakukan paslon 02 kepada ketua tim paslon 03 terkait dengan uang senilai Rp 1,3 miliar yang diterima Jibun sebagai tanda 'pengkhianatan'. Namun uang pengkhianatan diterimanya untuk dikhianati. Dikandung maksud nggembosi paslon 03 dirasakan tak terbukti. Pemberi 1,3 M naik pitam dan entah bagaimana kisahnya penerima uang tersebut, Jibun melaporkan ke Bareskrim bahwa dirinya telah dianiaya oleh walikota terpilih.


*Astaghfirullah...*


Betapa indah hidup di Kota Tegal. Belum usai kisah money politics, di Muarareja, tempat domisili Ketua DPRD Kota Tegal, Kusnendro ST, dipusingkan dengan peristiwa penganiayaan seorang ABK oleh sekelompok bos jurumudi hingga viral. No viral no justice, Polresta segera menangkap 5 orang pelaku penganiayaan. Terungkap kabar korban ngembat uang 2juta mengkhianati perjanjian ABK.


Pengkhianatan dan hukum rimba lagi disajikan pada publik sebagai potret negara miskin. Residu pilkada menyeret kita miskin harta dan miskin moral.  Oh. Indonesiaku ternyata engkau bagian dari Kotaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Iklan Disewakan

Laman