Bregasnews com - “ Sumber ilmu saat ini banyak sekali, selain dari buku dan guru bisa juga belajar dari berbagai platform media elektronik. Baik internet komputer maupun handphone. Persoalannya semua instrumen tersebut akan memberikan manfaat yang maksimal, jika setiap anak termotivasi untuk membaca dan mencari ilmu dari berbagai sumber yang ada. Kemudian merujuk pada pengalaman sebelumnya, anak – anak Indonesia itu pada dasarnya cerdas – cerdas, hanya saja jumlah mereka masih relatif kecil dibandingkan dengan total jumlah masyarakat Indonesia. Dan merujuk pada penelitian yang telah dilakukan, permasalahan utamanya terletak pada motivasi diri untuk berprestasi atau tidak. Itulah sebabnya Ceramah Motivasi Berprestasi ini menjadi sangat penting sekali “, ujar Motivator Ternama Dede Farhan Aulawi di Tasikmalaya, Sabtu (19/10).
Hal tersebut ia sampaikan setelah dirinya menyampaikan Ceramah Motivasi Santri Berprestasi di pondok pesantren Ma’had Ihya As Sunnah kota Tasikmalaya. Setelah dirinya diterima oleh pimpinan pondok pesantren, lalu langsung menyampaikan materi motivasi. Menurutnya, motivasi memiliki peran penting dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan hasil akademik yang lebih baik atau mencapai puncak prestasi. Jadi belajar itu targetnya bukan hanya asal lulus saja, melainkan mampu menorehkan prestasi yang terbaiknya. Dengan adanya motivasi ini, para santri akan memiliki energi untuk bergerak lebih, dan memiliki daya dorong untuk mencapai puncak sesuai dengan cita – cita yang diharapkan walaupun harus menghadapi berbagai rintangan, kesulitan dan rasa lelah.
Pada kesempatan tersebut, ia menjelaskan bahwa motivasi terbentuk karena adanya dua komponen utama, yaitu kesatu Expectancy (harapan akan hasil). Teori ini menekankan pada kepercayaan tindakan yang menuntun pada tujuan dari hasil yang dicapai (expectancy). Lalu kedua, Value (nilai). Artinya adalah bahwa tujuan dari hasil yang dicapai tersebut harus mempunyai nilai (value). Sementara itu, motivasi berdasarkan kebutuhannya, dibedakan menjadi tiga, yaitu need for achievement (n ‘Ach), need for power (n’Pow), dan need for affiliation (n’ aff).
Selanjutnya Dede juga mengatakan bahwa kebutuhan berprestasi (need for achievement) untuk motivasi berprestasi, yang dideskripsikannya sebagai hasrat atau tendensi untuk belajar secara maksimal melalui berbagai ikhtiar, baik ikhtiar lahir maupun ikhtiar batin. Termasuk berdo’a dan meminta dido’akan oleh orang tua, para guru/ ustadz ataupun orang – orang kecil di sekitarnya. Achievement motivation (motivasi berprestasi) adalah daya penggerak untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin demi pencapaian cita – cita yang diharapkan.
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi ditunjukkan dengan karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut yang membedakan seseorang yang mempunyai motivasi tinggi dalam berprestasi dengan seseorang yang mempunyai motivasi rendah. Manifestasi dari motivasi berprestasi ini terlihat dalam perilaku seperti (1) berani mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan - perbuatannya, (2) mencari umpan balik tentang perbuatannya, (3) memilih resiko yang moderat atau sedang dalam perbuatannya, dan (4) berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif.
Motivasi berprestasi merupakan suatu proses psikologis yang mempunyai arah dan tujuan untuk sukses sebagai ukuran terbaik. Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, antara lain :
a. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan. Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri seseorang.
b. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan. Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat prestasi yang tinggi.
c. Peniruan tingkah laku (modeling). Melalui modeling, anak mengambil atau meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model tersebut memiliki motivasi dalam derajat tertentu.
d. Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi santri dalam belajar, cenderung akan mendorong dirinya untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan.
e. Harapan orang tua terhadap anaknya. Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkah laku yang mengarah pada pencapaian prestasi.
“ Namun demikian, tidak cukup hanya motivasi untuk berprestasi dalam konteks akademik saja karena ada hal lain yang lebih penting yaitu berprestasi dari sisi akhlaq dan ketaqwaan. Artinya, tidak cukup hanya dengan membangun daya dorong dalam perspektif belajar pelajaran yang disampaikan oleh para guru/ ustadz saja, tetapi juga terus memperbaiki akhlaq ke arah jalan kemuliaan. Termasuk terus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT “, pungkas Dede.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar