Bregasnews.com - “ Dunia dengan segala kemajuannya tidak lepas dari pengaruh turbulensi teknologi yang bergerak super cepat dan bergerak ke segala arah. Turbulensi teknologi secara ekstrim seringkali menimbulkan ketidakberdayaan masyarakat dalam menerima realitas dan konsekuensinya. Bahkan produk hukum berupa perundang – undanganpun seringkali dibuat tak berdaya kalau belum mampu menjangkau dan mengantisipasi kemajuan teknologi yang melahirkan berbagai jenis kejahatan baru, misalnya cyber crime yang terus bermetamorfosa dalam segala bentuk dan modusnya “, ujar Pemerhati Teknologi sekaligus Dewan Penasihat DPP Asosiasi Seluruh Tenaga Teknik Infrastruktur (ASTTI) Dede Farhan Aulawi di Cirebon, Sabtu (2/3).
Hal ini disampaikan saat dirinya memenuhi undangan untuk menyampaikan orasi ilmiah di hadapan seluruh civitas akademika, para wisudawan, orang tua wisudawan dan para tamu undangan lainnya saat acara wisuda sarjana Teknik sipil dan sarjana arsitektur Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon (STTC). Menurutnya, hukum seringkali dibuat mandul dengan lahirnya berbagai jenis kejahatan baru yang berbasis teknologi, karena sifatnya yang unik yaitu IMATERIALISASI, DE-TERITORIALISASI, dan TURBULENSI TEKNOLOGI yang sifatnya sangat ekstrim. Contoh yang paling mudah adalah tidak adanya UU yang mengatur Kripto Secara Lex Specialis Derogat, sehingga pengaturan hukum economic digital yang salah satunya diterapkan dalam pengelolaan Kripto tidak diatur dalam hukum secara khusus atau lex spesialis derogat.
Termasuk kemajuan teknologi di bidang konstruksi yang diterapkan pada infrastruktur modern, seperti Drone dan Satellite Imaging yang mampu mempercepat survei dan memantau proyek secara real time. Penerapan Konsep Modular Design, yaitu metode konstruksi yang dilaksanakan dengan cara fabrikasi. Konsep ini memungkinkan struktur bangunan dibuat di tempat lain tanpa harus dibangun langsung pada lokasi proyek. Ada juga Tools Konstruksi Berbasis AI dan IoT guna mengumpulkan data secara real time tentang keamanan lokasi proyek, konsumsi energi, dan performa peralatan konstruksi. Data tersebut memberikan wawasan yang bisa memantu dalam menerapkan perawatan bangunan, meningkatkan efisiensi proyek, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Lalu ada Teknologi Augmented Reality (AR) untuk melihat realitas fisik di sekelilingnya dengan tambahan unsur digital. Pada konstruksi bangunan, AR digunakan untuk memperlihatkan model 3D di lokasi konstruksi fisik. Hal tersebut memungkinkan para ahli konstruksi dapat melihat tata bangunan dalam skala aslinya dan memprediksi keefektifan bangunan tersebut di lokasi proyek. Terakhir ada Building Information Modeling (BIM) untuk pengilustrasian model digital dalam bentuk 3D pada sebuah bangunan.
“ Melihat fakta dari akselerasi teknologi yang berkembang luar biasa, nampaknya menuntut sebuah model pola fikir dan sikap mental yang adaptif terhadap segala perkembangan. Para wisudawan sebagai generasi muda penerus bangsa harus mampu merespon dengan sikap mental yang tahan banting dan tidak mudah menyerah kalah hanya karena sebuah keadaan yang kurang menguntungkan. Sesulit apapun realitas yang dihadapi harus disikapi dengan sikap mental yang tetap optimistis dan berusaha untuk memanifestasikannya menjadi sebuah karya yang luar biasa “, pungkas Dede.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar