Bregasnews.com - “ Apa yang terjadi dengan kekisruhan di belahan manapun di dunia saat ini, jika ditelisik lebih jauh terdapat tangan – tangan yang tak tampak ikut bermain melalui berbagai instrumen agitasi dan propaganda untuk membangun struktur sosial dan politik yang penuh dengan ambiguitas. Cara termudah menaklukan sebuah negara yang menjadi ‘target’ adalah dengan membangun distrust diantara sesama anak bangsanya. Dengan demikian satu sama lain akan saling mencurigai sehingga mesyarakat semakin bingung mana yang benar dan mana yang salah. Ibarat pepatah Gajah berantem dengan Gajah, maka Pelanduk mati di tengah – tengah. Apalagi masalah fundamental masyarakat pada umumnya adalah minim LITERASI dan REFERENSI, sehingga ketika bom – bom INFORMASI diledakan dimana – mana bisa menyulut pertentangan dan permusuhan sesama anak bangsa. Inilah sebenarnya mandala baru pertempuran era digital, yaitu apa yang kita kenal dengan Perang Siber (Cyber War) “, ungkap Pemerhati Hankam Dede Farhan Aulawi di Bandung, Senin (18/1).
Menurutnya, perang di dunia siber merupakan perang yang sudah menggunakan jaringan komputer dan Internet atau ranah siber (cyber space) dalam bentuk strategi pertahanan atau penyerangan sistim informasi lawan. Perang siber mengacu pada penggunaan fasilitas www (world wide web) dan jaringan komputer untuk melakukan perang di dunia maya. Pelakunya memanfaatkan teknologi komputer dan internet untuk saling bersaing dan menguasai, mengganggu, menghentikan komunikasi dan bahkan merubah arus informasi dan isi serta berbagai tindakan lain yang dapat merugikan dan menghancurkan lawan.
“ Bahkan saat ini dengan mengelaborasi KETIDAKTAHUAN publik, lalu dimanfaatkan sebagai JARINGAN Informal dalam membuat disepsi informasi dengan menggunakan berbagai media, termasuk media sosial. Kadangkala warga internal tidak menyadari kalau dirinya sedang dijadikon pion – pion untuk membangun imperium ambiguitas. Itulah sebabnya kita baru tersadar URGENT dan IMPORTANT-nya pasukan siber disaat orang lain justeru sedang gencar mennyerang berbagai sasaran – sasaran vital informasi publik “, imbuhnya.
Selanjutnya Dede juga menambahkan bahwa pembentukan opini publik dan masyarakat internasional terhadap suatu kepentingan baik berupa kampanye, propaganda serta agitasi kini juga marak dilakukan melalui internet. Kelompok yang berkepentingan tersebut dapat dengan mudah melakukan hal tersebut tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya dan sumber daya seperti halnya di masa lampau.
Dede juga menegaskan bahwa cyber crime dan cyber war tidak hanya membahayakan keamanan individu dengan terambilnya akses pada aset yang dimiliki. Kejadian yang menonjol seperti, pencurian identitas dan data (sumber daya informasi) serta pembajakan akun, kasus penyebaran virus yang disisipkan di dalam file dan web site serta kode-kode penting, fitnah, penistaan maupun pencemaran nama baik. Demikian pula dengan spionase industri dan penyanderaan sumber daya informasi kritis yang marak terjadi saat ini. Kesemuanya telah menimbulkan keresahan di masyarakat karena telah hilangnya privasi dan ancaman kehilangan aset serta kekayaan yang dimiliki.
Dunia siber juga dapat digunakan sebagai alat politik melalui penyebaran kabar bohong untuk tujuan provokasi politis maupun rekayasa ekonomi. Interkoneksi internet juga memungkinkan terjadinya serangan yang bertujuan melumpuhkan dan menghancurkan sumber daya negara lawan tanpa perlu mendekati objek tersebut. Oleh karena itu, hal ini tentu perlu diwaspadai karena pelakunya bisa beraneka ragam dan saling bekerja sama walaupun memiliki kepentingan yang berbeda. Paradigma keamanan nasional telah bergeser kepada aspek yang lebih luas yaitu termasuk jaminan keamanan pribadi warga negara. Kewajiban pokok dari suatu negara adalah memberikan keamanan terhadap warganyanya tersebut termasuk keamanan dari berbagai kejahatan siber.
“ Jika merujuk pada data dari Kemkominfo mencatat bahwa rata-rata jumlah serangan dunia maya per hari cenderung semakin meningkat berbanding lurus dengan pengguna internet. Setiap saat warga negara dapat merasa terancam pada aset yang dimilikinya. Privasi dan berbagai informasi rahasia dapat dengan mudah dihancurkan oleh para pelaku kejahatan siber ini, dimana bila eskalasinya semakin meluas, dapat membuat keresahan yang meluas pada masyarakat. Hal inilah yang dijadikan target di tahap awal, yaitu keresahan dan ketidakpercayaan rakyatnya “, ungkap Dede.
Kemudian ia juga menguraikan bahwa dalam jangkauan yang lebih luas, keterbatasan penguasaan teknologi negara dan belum adanya regulasi yang lebih tegas mengenai pertahanan siber dapat membahayakan negara secara nyata. Negara lain ataupun kelompok dengan kepentingan tertentu dapat dengan mudah memasuki ranah infrastruktur vital yang dimiliki negara. Semakin tinggi ketergantungan suatu masyarakat akan teknologi informasi, semakin tinggi pula resiko yang dihadapi. Saat ini semua aspek perekonomian, sosial dan pertahanan begitu tergantung kepada internet. Aktivitas perbankan, transaksi perekonomian, pemeliharaan dan penggunaan transportasi, pengendalian persenjataan hingga komunikasi sosial tidak bisa terlepas dari interkoneksi tersebut.
Semua orang mendapatkan kesempatan dan kemungkinan yang sama di seluruh dunia untuk masuk di dalamnya, sehingga sangat dimungkinkan setiap individu mampu untuk mengobrak abrik sistem yang ada hingga mampu membobol dan menguasai aset serta pertahanan individu maupun negara lain dengan cara yang amat mudah. Pemerintah perlu bekerjasama dengan pihak-pihak maupun negara lain untuk membangun keamanan global. Satu negara tidak akan mungkin dapat membuat perlindungan terhadap dirinya sendiri dalam menghadapi ancaman global tersebut.
“ Kerjasama antar negara diharapkan juga mampu mencetuskan sebuah ide dan gagasan regulasi dibidang siber (cyber law) yang lebih kuat dan memberi efek global. Dengan adanya cyber law yang tegas di dunia internasional tersebut kiranya mampu mengurangi maraknya kejahatan di dunia siber. Inilah pentingnya talent mapping agar negara mampu melakukan pemetaan terhadap potensi anak bangsa yang memiliki keterampilan untuk berpartisipasi dalam membangun sistem pertahanan siber yang tangguh “, pungkasnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar