Bregasnews.com - " Sungguh menarik untuk menyimak dan memperhatikan situasi memanasnya negara Ukraina dengan kawasan di sekitarnya. Pengertian "menarik" di sini adalah mencermati setiap detik perubahan keadaan untuk meningkatkan kewaspadaan bersama, karena potensi perang di sana dinilai bisa memantik timbulnya perang dunia ketiga, dan tentu akan berpengaruh terhadap Indonesia ", ungkap Pemerhati Hankam Dede Farhan Aulawi saat berbincang-bincang di Bandung, Senin (31/1).
Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa masing-masing pihak yang bertikai di dalam negeri Ukraina, faktanya mampu menarik dua kutub kekuatan pertahanan dunia, yaitu Rusia dengan AS beserta NATO -nya. Tidak cukup disana, masing-masing kekuatan juga rupanya menarik simpati negara pendukungnya untuk melibatkan diri dalam konflik tersebut dengan alasan masing-masing. Misalnya bagaimana negara Belarusia telah mengirimkan banyak kendaraan militernya dengan alasan untuk mengikuti latihan militer gabungan dengan skenario menghadapi perang besar.
Memang saat ini telah ada usaha mediasi yang diinisiasi Prancis dan Jerman agar permasalahan yang dihadapi bisa diselesaikan dengan solusi damai. Namun tentu hal ini bukan perkara yang mudah, apalagi jika "ego" yang dikedepankan. Semua nampaknya merasa benar sendiri, dan menganggap pihak lain yang salah. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri dan merupakan PR besar bagi para diplomat pertahanan untuk merumuskan solusi damai yang mampu mengakomodir dua kutub kepentingan yang berseberangan. Saling menyerang secara psikologis dengan berbagai atribut opini untuk membenarkan tindakannya.
Lihat saja bagaimana juru bicara Kremlin Dmitry Peskov yang mengatakan bahwa aktivitas NATO di dekat perbatasan Rusia tidak dapat diabaikan militer Rusia, dan dianggap harus bertanggung jawab atas keamanan Rusia. Menurutnya, proses latihan, manuver, dan pengembangan militer yang terus berlanjut tentu harus direspon. Akhirnya Rusia mengirimkan kapal perang Stoiky dan Soobrazitelny ke Laut Baltik.
Memang persoalan Rusia dan Ukraina tidak sederhana, karena bukan hanya melibatkan klaim wilayah ( Krimea), tetapi juga persoalan hegemoni Rusia dan Barat. Sejak revolusi terjadi dimana telah menyingkirkan pemimpin pro-Rusia di negara itu, Ukraina semakin dekat dengan Barat, bahkan berniat bergabung dengan NATO.
Dalam konteks ini, tentu saja Rusia menentang hal tersebut terjadi karena dikhawatirkan akan melahirkan pangkalan militer NATO di dekat Rusia. Presiden Putin beberapa kali telah meminta jaminan AS dan NATO terkait hal tersebut, namun selalu deadlock, alias tidak membuahkan solusi yang diharapkan.
Mencermati situasi yang semakin memburuk, pemerintah China telah menyarankan agar permasalahan tersebut harus diselesaikan secepatnya. China juga meminta AS agar tidak membesarkan dominasi militernya di sana.
" Kita semua tentu juga berharap agar masalah disana bisa diselesaikan secara damai karena ketegangan di sana bisa memicu ketidakstabilan di pasar global. Indeks saham Rusia jatuh dan bank sentral menghentikan pembelian mata uang asing setelah mata uang Rubel merosot. Jika hal ini terus terjadi maka akan berpengaruh harga komoditas energi, gas dan minyak (BBM) yang tentu akan berat dari sisi APBN, dan ujungnya mempengaruhi situasi politik dan keamanan di dalam negeri ", pungkas Dede mengakhiri pembicaraan. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar