Bregasnews.com - Dede Farhan Aulawi lahir di Tasikmalaya 27 April 1970. Ayahandanya bernama KH. Imam Burhanuddin, SH (Almarhum) yang merupakan Dosen dan juga Ketua MUI Tasikmalaya. Ibunda bernama Yetty Nurhayati (almarhumah) merupakan pengusaha konveksi yang berhasil di Tasikmalaya.
Sekolah di SDN Kalangsari II Tasikmalaya, SMPN 2 Tasikmalaya, dan SMAN 1 Tasikmalaya. Selama sekolah selalu memanfaatkan waktu liburan bulan puasa dengan melakukan santri di beberapa pesantren di Tasikmalaya, dan dididik langsung oleh orang tua. Kemudian melanjutkan kuliah di Bandung, tepatnya di Politeknik Mekanik Swiss ITB, dan beberapa kampus lainnya. Pernah bekerja di PT. Pupuk Kaltim, PT. IPTN, Trainer dan Konsultan SDM. Dari pengalaman pendidikan formal yang diperolehnya, menjadikan dirinya menjadi manusia yang multi talenta sehingga fokus pada beberapa bidang.
Pendidikan informal dan kursus/ pelatihan banyak diikuti baik di dalam maupun luar negeri, dengan beragam subjek peminatan yang relevan dengan pekerjaan maupun kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Aneka kursus yang diselenggarakan oleh UI, ITB, UGM, Puspiptek Serpong, dan lain pernah dilaluinya.
Begitupun kursus yang diselenggarakan oleh berbagai kampus dan lembaga ternama internasional diikuti baik di USA, Canada, Perancis, Jerman, Belanda, Inggeris, Australia, New Zealand, Yordania, Mesir, Japan, dan lain – lain.
Begitupun dengan pengalaman mengajarnya di berbagai kampus dalam dan luar negeri, serta berbagai instansi pemerintah lainnya.
Beberapa jabatan penting kenegaraan juga pernah didudukinya seperti Komisioner Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sebagai Ketua Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (KOMPOLNAS RI), Penasihat Ahli Badan narkotika Nasional (BNN RI).
Berdasarkan pengetahuan dan segudang pengalaman yang pernah diperolehnya, kini ia mewakafkan diri dan waktunya untuk banyak terjun ke daerah – daerah di tanah air, termasuk sampai ke desa – desa, pesantren – pesantren, sekolah – sekolah, dan berbagai komunitas kemasyarakatan lainnya. Semoga semua jejak pengabdiannya dirasakan manfaatnya untuk masyarakat, dan khususnya generasi muda Indonesia.
*” Mungkin tinta emas tidak mencatat jejak sejarah pengabdiannmu, tetapi generasi muda akan selalu ingat motivasi dan inspirasi yang menjadi anak tangga kesuksesannya. Nyata tindakanmu dan ikhlas landasan amal sholihmu ”. (red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar