Oleh : Dede Farhan Aulawi (Pengamat Teknologi Keamanan)
Bregasnews.com - Turbulensi peradaban dipengaruhi oleh banyak faktor. Satu sama lain saling terkait dan saling mempengaruhi. Teknologi yang berkembang dengan akselerasi eksponensial tidak serta merta bisa diikuti oleh seluruh masyarakat, sehingga gap penguasaan teknologi dan kesejahteraan juga meningkat yang pada akhirnya akan bermuara pada masalah – masalah sosial yang bisa berujung pada perbuatan kriminal. Probabilitas faktor sosial tidak seperti menghitung angka – angka pasti dalam ilmu eksakta, karena variabelnya sangat dinamis dan bisa berubah sangat cepat. Dalam kondisi seperti ini, tidak ada kata lain selain *Kesiapsiagaan* sebagai faktor mutlak untuk mengantisipasi ketidakteaturan perubahan variabel itu sendiri.
Jumlah orang terus bertambah, jumlah kendaraan terus meningkat, sementara sumber daya alam sangat terbatas dan lapangan kerja bagi sebagian masyarakat juga terasa semakin sulit. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan – perubahan hanya bisa diikuti oleh sebagian orang. Kompleksitas permasalahan ini menimbulkan peluang dan modus baru dalam kejahatan. Kejahatan konvensional akan tetap ada, tetapi juga muncul kejahatan – kejahatan baru dengan menggunakan berbagai instrumen teknologi. Untuk itulah pengemban amanat konstitusi di bidang keamanan juga dituntut untuk lebih beradaptasi dengan pengembangan teknologi keamana masa depan.
Oleh karena itu segala upaya untuk meningkatkan kemampuan aparat keamanan melalui inovasi – inovasi akan menjadi kata kuncinya. Model berfikir “biasanya” sudah harus dirubah menjadi model berfikir”solusi inovasinya”. Indonesia sebenarnya bangsa yang multi kreatif dan super inovatif, meski masih ada sebagian orang yang belum bisa mengakuinya. Lalu memposisikan Indonesia seperti bangsa yang selalu berada di belakang sebagai follower bukan leader. Pemikiran seperti ini harus direkonstruksi ulang dengan literasi pembanding yang objektif.
Merujuk pada pengamatan perkembangan teknologi keamanan saat ini dan di masa depan, ternyata bertumpu pada pada beberapa faktor strategis, yaitu yang pertama Penguasaan Artificial Intelligence (AI) untuk menciptakan sistem keamanan yang meniru cara kerja otak. Dari manual bertransformasi ke semi automatic dan akhirnya berubah lagi ke full automatic. Sistem keamanan manual juga berubah menjadi sistem keamanan yang terintegrasi. Semua terkoneksi oleh suatu sistem sehingga memudahkan kontrol dan monitoring keadaan. Sebagai contoh penggunaan Hoverbike, yaitu sepeda motor terbang untuk patroli dan operasi di kota – kota besar yang tingkat kemacetannya tinggi.
Model pengambilan keputusan yang kompleks sudah menggunakan perangkat otak/ syaraf tiruan yang mampu memetakan sistem pemodelan dengan variabel input yang rumit. Kemajuan pesat kecerdasan buatan ini akan mengubah lanskap kriminalitas dari konvensional ke digital. Dengan demikian maka, model patroli keamanan dan juga penegakan hukum perlu beradaptasi juga dengan basis digitalisasi. Pembuat keputusan harus dapat mengumpulkan, menyusun, menyaring, menganalisis, dan berbagi informasi dalam jumlah besar. Kemampuan untuk menganalisis, beradaptasi, dan merespons ancaman dengan kecepatan taktis yang tinggi akan berujung pada pemilihan kosa kata “kamtibmas, gakkum dan linyomyanmas”.
Yang kedua adalah penguasaan aksesibilitas terhadap Big Data. Pergeseran dari analisis deskriptif ke prediktif mendorong keputusan yang lebih baik dalam memprediksi apa yang akan terjadi. Kemampuan dalam melakukan cegah dini dan identifikasi mampu mengantisipasi segala bentuk ancaman yang mampu mengganggu keamanan.
Selanjutnya yang ketiga adalah Inovasi yang cepat. Ibarat dalam sebuah pertandingan, kalah dan menang itu bukan soal mau atau tidak mau berlari saja, melainkan siapa yang bisa lebih cepat mencapai tujuan meski perbedaannya hanya sepersejuta detik saja. Kata “inovasi” adalah yang mampu membuat terobosan kreatif di tengah keterbatasan. Jadi jangan lagi ada alasan – alasan keterbatasan sehingga membuat Indonesia di belakang. Indonesia harus berada di depan, meskipun radian keterbatasan ada di depan, belakang, kiri dan kanan. Inilah inovasi – inovasi yang dibutuhkan oleh Indonesia.
Keempat adalah Integrasi Mesin Manusia seperti banyak muncul di film – film fiksi. Fiksi yang bersifat imaginatif sesungguhnya menjadi tantangan bagi umat manusia yang ingin mewujudkannya. Itulah arah dan orientasi kebijakan keamanan yang banyak dilakukan oleh negara – negara maju, meskipun kehebatannya belum seperti di film, tetapi langkah – langkah konkritnya sudah mengarah ke sana. Sistem senjata otonom sudah mulai ditransformasikan dalam teknologi senjata exoskeleton, sebuah integrasi mesin manusia yang memberi kemampuan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Itulah gambaran singkat mengenai orientasi basis pengembangan teknologi keamanan masa depan. Pertanyaannya kita sedang dimana dan mau kemana ? Inilah arah bijak strategis yang harus dirumuskan sekarang juga. Partnership adalah kata kunci yang penting agar pengambil kebijakan keamanan mau mengelaborasi berbagai pemikiran strategis di bidang keamanan. Terbuka membentuk Tim dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki perhatian untuk bidang teknologi keamanan. Inilah kata akhir yang perlu diputuskan segera. Tidak perlu menunggu hari esok atau lusa, jika kita bisa membuat keputusan sekarang juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar